Sabtu, 28 Januari 2017

Kalinyamat 2







RATU KALINYAMAT-2
Raden Trenggono /
Tung Ka Lo  (1521-1546)

 Dw. Asikah Ampel
            Dw. Sekar Taji
        Selir (Nyai Dyah Juminten)




Raden Mukmin / Sunan Prawoto /
Muk  Ming (1498-1548)
Putri Nilam Sari (1527-1536)/
(1488-1530) Ratu Kalinyamat/
Wuryani/Retna Kencana
istri Panuwun Hadiri/B. Toyib/ Tjie Win Thang
Putri Sekar Kedhaton /
Ratu Kambang /
istri Karebet  Joko Tingkir
Pg. Timur /
Ronggo Jumeno / Toh A Bo










1.    Siapakah Ratu Kalinyamat..?
Ø  Ratu Kalinyamat adalah Putri Raden Trenggono dari Istrinya yaitu Dewi Sekar Taji.
Ø  Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Dewi Nilamsari. Sedangkan istilah Ratu Kalinyamat sendiri adalah sebutan masyarakat karena suaminya adalah Sunan Kalinyamat. Kejadian itu bermula ketika Raden Trenggono terpaksa menjodohkan Dewi Nilam Sari dengan R. Panuwun/ Pangeran Hadiri yang saat itu diberi kekuasaan di wilayah Kalinyamatan Jepara, yang dahulu adalah sebuah pulau yang bernama Ghofuro. Pangeran Hadiri bergelar Sunan Kalinyamat. Sehingga secara tidak langsung Istri Sunan Kalinyamat juga bergelar Nyai Kalinyamat / Ratu Kalinyamat.
Ø  Ratu Kalinyamat juga mempunyai saudari kandung (adik perempuan) yang sudah diperistri oleh Karebet/ Joko Tingkir yang bernama Dewi Sekar Kedhaton/ Ratu Kambang.
Ø  Selain Ratu Kambang (istri Joko Tingkir) Kalinyamat juga mempunyai 2 (dua) saudara laki-laki dari Ibu yang berbeda. Mereka adalah R. Mukmin/ Sunan Prawoto yang diberi kekuasaan di Sukolilo Pati, serta R. Ronggo Jumeno yang kemudian hari diberi kekuasaan di Madiun.
Selama ini kisah Ratu Kalinyamat selalu dirivalkan dengan Sultan Demak ke-IV yaitu Pangeran Ariyo Penangsang Jipang, sehingga hal ini menggiring opini masyarakat untuk memilih yang mana tokoh yang mereka kagumi. Padahal yang seharusnya jadi rivalnya Ratu Kalinyamat, bukan Pangeran Ariyo Penangsang saja, Portugis misalnya.
Selain itu cerita-cerita yang beredar secara lisan maupun serial drama, bahkan film tentang Ratu Kalinyamat tidak pernah menceritakan secara utuh peristiwa yang terjadi antara Ratu Kalinyamat dengan Pangeran Ariyo Penangsang. Hal ini berakibat fatal. Karena buku Babad yang beredar bukan merupakan kodifikasi sejarah yang sebenarnya. Buku Babad tersebut hanyalah kumpulan cerita dari sastrawan-sastrawan kerajaan yang menceritakan suatu peristiwa berdasarkan sudut pandang Rajanya. Bukan pengkodifikasian sejarah secara utuh.
Hal ini menjadi problematika yang sangat serius bagi para pakar dan peneliti sejarah untuk mengungkap kebenaran yang absolute. Dari kenyataan tersebut banyak orang yang beropini bahwa “ya terserah lah, itu kan versi, masing-masing penulis beda cerita”. Sebenarnya ini tidak sesederhana itu, sehingga perlu adanya pelajaran sejarah disetiap sekolah baik formal maupun non formal yang menerangkan tentang fakta sejarah, (bukan hanya dongeng yang tidak berdasarkan bukti sejarah dan hanya hayalan-hayalan yang bersifat imajinasi).
Di sini, saya hanya akan mengungkap kronologi sejarah secara garis besar tentang Ratu Kalinyamat. Bukan karena saya penulis buku “ARIYO PENANGSANG” kemudian saya membagus-baguskan cerita Ariyo Penangsang lantas menjelek-jelekkan cerita Kalinyamat. Yang namanya penelitian itu harus Independent, tidak boleh memihak. Karena kebenaran sejarah dapat di uji dengan bukti sejarah, bukan omong kosong belaka. Saya tegaskan lagi, ini bukan untuk mengkritisi atau menghina sosok Ratu Kalinyamat serta Joko Tingkir atau yang lainnya yang selama ini dianggap pahlawan. Tapi semata-mata untuk meluruskan sejarah yang sudah lama terkoyak kebenarannya oleh kebencian yang ditanamkan para penjajah kolonial.
Kisah ini berawal saat Ayah Pangeran Ariyo Penangsang dicalonkan sebagai Putera Mahkota Kesultanan Demak Bintoro oleh ayahandanya yaitu Raden Patah. Hal ini memicu kebencian dari saudara-saudaranya. Sampai akhirnya Raden Trenggono menghendaki tahta Sultan di Demak Bintoro dengan caranya sendiri, (baca buku “Ariyo Penangsang Satria Sejati New Version” Sejarah Singkat R. Patah, R. Yunus, dan Sejarah Pembunuhan R. Surowiyoto-halm. 16-23).
Dalam kisah tersebut Raden Trenggono menyuruh putranya R. Mukmin untuk menghabisi nyawa pamannya yaitu ayah dari Pangeran Ariyo Penangsang Jipang. Karena begitu besarnya ambisi R. Mukmin untuk mendukung ayahnya maka dibunuh juga Ibu Pangeran Ariyo Penangsang yang saat itu sedang mengandung Pangeran Ariyo Penangsang, dengan harapan tidak akan ada lagi pewaris tahta selain keturunan ayahnya saja.
Akan tetapi Allah Swt. maha tahu dan mempunyai rencana yang berbeda. Kejadian pembunuhan itu disaksikan secara langsung oleh Kakek Pangeran Ariyo Penangsang yaitu Ja’far Shodiq yang belakangan lebih dikenal dengan julukan Sunan Kudus.
Mengetahui putri dan menantunya tergeletak bersimbah darah, Sunan Kudus meringkus R. Mukmin dan memberinya hadiah COLOK tepat di kedua matanya hinga R. Mukmin buta selama-lamanya. Sementara itu Putri Sunan Kudus yaitu Dyah Ayu Roro Martinjung yang sedang hamil tua masih mengerang-ngerang kesakitan menghadapi sakarotul mautnya, akibat tikaman keris dari R. Mukmin. Dengan sigap Sunan Kudus sendirilah yang membantu persalinan putri tercintanya hingga putrinya tersebut menghembuskan nafas yang terakhir.
“Innaa lillaahi wainnaa ilaihi rooji’uun",
Namun syukur alhamdulilah, si jabang bayi yang dilahirkan dapat terselamatkan. Bayi itu laki-laki sangat polos lucu dan menggemaskan. Sejenak Sunan Kudus tertegun memandangi bayi yang tak berdosa itu. Tak terasa air matanya deras mengalir membasahi pipinya yang mulai kisut akibat usia. Akan tetapi bayi itu seolah tidak mengerti kesedihan yang dialami oleh kakeknya. Saat terlahir bayi itu tidak menangis, bahkan saat memandang kakeknya menangis, dia tertawa kecil (terpingkal),.. tawa sang bayi ini menyadarkan Sunan Kudus dari keterlarutannya dalam kesedihan. Setelah membersihkan sang bayi, akhirnya jasad puteri dan menantunya itu beliau kuburkan dengan layak.
Karena peristiwa pembunuhan itu ada di pinggir sungai maka menantunya tersebut diberi gelar Pangeran Sekar Sedo Lepen. Kemudian karena proses kelahiran cucunya berada di akar pohon ingas yang terdampar di pinggiran sungai, maka cucu laki-lakinya itu diberi gelar Pangeran Ariyo Penangsang, (baca buku “Ariyo Penangsang Satria Sejati New Version” Kelahiran Pangeran Ariyo Penangsang-halm. 24).
Singkat cerita, setelah dewasa Pangeran Ariyo Penangsang bertanya pada sang kakek, siapa dan di mana kedua orang tuanya.  Namun Sunan Kudus enggan menceritakannya karena khawatir cucunya tersebut tidak bisa menahan emosi. Sampai pada akhirnya Pangeran Ariyo Penangsang menemukan sendiri Lembar Wedo yang ditulis Sunan Kudus, yang menceritakan pembunuhan R. Mukmin (Sunan Prawoto / Kakak Ratu Kalinyamat), terhadap ayah dan ibunya.
Namun setelah Pangeran Ariyo Penangsang membaca tulisan itu, beliau tidak begitu mengerti apa yang menyebabkan Sunan Prawoto membunuh Ayah dan Ibunya. Kemudian dilain watu saat mereka selesai mengaji, Pangeran Ariyo Penangsang bertanya pada kakeknya, (baca buku “Ariyo Penangsang Satria Sejati New Version” Ariyo Penangsang difitnah-halm. 45-46).
Percakapan antara Sunan Kudus dengan Pangeran Ariyo Penangsang didengar oleh Senopati Jipang Soreng Rangkud, namun situasi ini dimanfaatkan oleh Joko Tingkir / Hadiwijoyo untuk memperuncing masalah, (baca buku “Ariyo Penangsang Satria Sejati New Version” Joko Tingkir Mbalelo-halm. 63-64 dan Kematian Sunan Prawoto-halm 67-68). Untuk kematian suami Ratu Kalinyamat/ P. Hadiri, (baca buku “Ariyo Penangsang Satria Sejati New Version” halm. 69). Serta Wafatnya Pangeran Ariyo Penangsang halm. 61-62).
Pada dasarnya tidak perlu mengungkit-ungkit kejelekan orang lain, apa lagi ini aib. Barang kali aib kita jauh lebih jelek dari orang yang kita bicarakan. Akan tetapi yang kita bahas saat ini adalah sosok public figure yang selama ini di agung-agungkan, ternyata memiliki tabiat yang kurang baik. Namun pada akhirnya semua kembali pada pribadi masing-masing orang.
Karena “ Lain ladang lain belalang lain wedhus lain pula kandhangnya”....... 7-1-2017.
SEKIAN
NB: 
 Bagi yang ingin jelas bagaimana cerita lengkapnya hubungi GURU SKI MA SUNAN KALIJAGA
WALIONO, SPDI     
Cuplikan-
Ratu Kalinyamat topo wudo sinjang rikmo dateng ukir dono rogo
(Ratu Kalinyamat tetap telanjang membelai rambut di gunung menyerahkan dirinya).

Ratu Kalinyamat membikin sayembara bagi para pemuda yang sanggup membunuh dan membawa jasad Pangeran Ariyo Penangsang ke hadapannya akan diberi imbalan kepuasan nafsu birahi, dan bila gagal mereka akan dibunuh.