Sabtu, 15 Oktober 2016

Penangsang dari Jipang Cepu

Penangsang, tegas namun tetap rendah hati


Pangeran Ariyo Penangsang, meskipun seorang putra calon sultan ke-2 Demak Bintoro, dia tetap merasa rendah hati dan tidak sombong, walaupun dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat namun tetap bisa membawa diri. Lain halnya dengan Joko Tingkir, alias Karebet putra mantu Raden Trenggono, yang selalu mengumbar suwara dan kadigdayaannya untuk pamer dan menjajah daerah kanan kirinya, karena misi terbesarnya adalah meruntuhkan kerajaan Jipang dan menguasai Kesultanan Demak Bintoro.
Informasi seperti ini sangatlah langka, karena yang tersiar belakangan Pangeran Penangsanglah yang memiliki watak demikian. Sungguh sejarah ini sudah dimanipulasi,,,,,,,,..Sebagai penganut setia Pangeran Ibrahim Haji/ Pangeran Ariyo Penangsang, saya merasa terpanggil untuk kembali menegakkan sejarah yang kian lama kian bengkok saja...uuuuh... 
Informasi tentang kekejaman Pangeran Penangsang diumbar oleh pengikut Joko Tingkir menimbulkan citra buruk Pangeran Penangsang yang semakin lama semakin berkarat saja.....
Walau bagaimanapun orang-orang Pajang dan anthek-anthek Joko Tingkir tak akan pernah membiarkan kebenaran itu terungkap. Biar Allah Subhanahu wataala yang menyibak sendiri tabir kebohongan Pajang selama ini....Amin ya robbal Alamiin

Jipang 15 Oktober 2016,
Mayor, SPdI

Jumat, 07 Oktober 2016

Kerajaan Jipang By: Wali, SPdI



Luas Wilayah Jipang

Desa Jipang Cepu berada di kawasan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lebih tepatnya di wilayah Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah. Desa Jipang sebelah timur berbatasan dengan Sungai Bengawan Solo, dan Desa Tebon. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ngloram dan Desa Kapuan. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kapuan dan Desa Getas. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Bengawan Solo dan Desa Payaman.
Berbicara mengenai luas wilayah Jipang sebelumnya, kita harus merujuk pada pendapat orang-orang dahulu yang notabene pernah menjajah dan menduduki bumi nusantara ini. Seperti catatan orang Portugis misalnya. Atau catatan orang Inggris, Belanda, dan juga Jepang. Sehingga dari catatan-catatan tersebut kita dapat mengetahui bagaimanakah letak dan posisi Jipang yang sebenarnya.
Kawasan Jipang yang kini terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah ini misalnya. Menurut catatan Peta Inggris tahun 1811 M, wilayah Jipang bagian timur berbatasan dengan Kediri, Malang, Jombang, dan Pasuruan.
Setelah menduduki bumi Nusantara ini pada tahun 1817 M, Inggris kembali merilis Peta Jipang bagian utara Gunung Kendheng dan Pesisir Utara Pulau Jawa. Jipang bagian barat meliputi Jepara, Demak, Pati dan Juwana.
Lebih rinci oleh Inggris disebutkan bahwa wilayah Jipang bagian selatan berada di hulu Sungai Bengawan Solo yang memisahkan antara Jawa bagian Tengah dan Jawa bagian timur.
Pada tahun 1815 M, luas wilayah Jipang adalah 1218 sq miles, dengan penduduk mencapai 66.622 jiwa. Hampir setara dengan Surabaya yang luas wilayahnya 1218 sq miles, dengan penduduknya 154.512 jiwa. Jadi sungguh ironi bila sekarang luas wilayah Jipang hanya mencapai 119. 061 ha saja dengan jumlah penduduk sekitar 2.500 jiwa saja.
Menurut Sejarawan dari Negara Belanda yang bernama  Dr. Hermanus Johannes De Graaf serta Dr. Theodoor Gautier Thomas Pegeaud, wilayah Jipang meliputi kawasan Gunung Kendheng dan Pegunungan Pesisir Utara yang berhulu di Sungai Lusi dan bermuara di Laut Jawa.
Menurut Thomas Stamford Raffles merujuk pada Peta Penyerbuan Pulau Jawa dibagi menjadi dua Divisi. Divisi Semarang meliputi Surakarta dan Mataram, Kedu, Grobogan, Wirosari, Blora, dan Jipang. Untuk Divisi Surabaya meliputi Surabaya, Gresik, Pasuruan, Banyuwangi dan Madura.
Pada tahun 1812 Divisi yang terbagi menjadi beberapa Distrik tersebut diserahkan kepada Inggris. Oleh penjajah Inggris distrik-distrik di Pulau Jawa ini dibagi menjadi 17 Divisi. Diantaranya adalah Banten, Batavia/Jakarta, Bogor, Periangan/Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Kendal, Jepara dan Juwana, Rembang, Jipang dan Grobogan, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo dan Banyuwangi.
Sejarah juga mencatat pada tahun 1554-1556 M, orang-orang Jipang mengadakan penuntutan hak pada Pajang yang disebut dengan pemberontakan Pamblora, yang kini menjadi nama untuk Kabupaten Blora. Sedangkan nama-nama Desa Jipang lain, bisa jadi terkait dengan Jipang Cepu. Seperti Desa Jipang Penawangan Grobogan, Desa Jipang Bantarkawung Brebes, dan Desa Jipang Karang Lewas Banyumas misalnya.
Ketiga desa ini juga mempunyai kaitan sejarah dengan Desa Jipang Cepu yang sebelumnya terkenal dengan nama Jipang Panolan atau Desa Jipang Distrik Panolan. Begitu juga dengan tokoh-tokoh tersohor di kawasan yang memiliki kesamaan dengan Jipang Cepu. Cerita-cerita yang timbul pasti mempunyai latar belakang dan sudut pandang tersendiri yang tentunya sangat menarik untuk diperbincangkan.
Akan tetapi tingkat keakuratan datanyapun masih perlu diuji. Karena pada umumnya, sebuah cerita ditulis sesuai dengan kehendak dan sudut pandang pembuatnya semata. Meskipun banyak juga para penulis yang menuangkan gagasannya secara alami dan tidak ditunggangi oleh sebuah kepentingan apapun. 



Jipang Kerajaan Wali



Luas Wilayah Jipang

Desa Jipang Cepu berada di kawasan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lebih tepatnya di wilayah Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah. Desa Jipang sebelah timur berbatasan dengan Sungai Bengawan Solo, dan Desa Tebon. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ngloram dan Desa Kapuan. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kapuan dan Desa Getas. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Bengawan Solo dan Desa Payaman.
Berbicara mengenai luas wilayah Jipang sebelumnya, kita harus merujuk pada pendapat orang-orang dahulu yang notabene pernah menjajah dan menduduki bumi nusantara ini. Seperti catatan orang Portugis misalnya. Atau catatan orang Inggris, Belanda, dan juga Jepang. Sehingga dari catatan-catatan tersebut kita dapat mengetahui bagaimanakah letak dan posisi Jipang yang sebenarnya.
Kawasan Jipang yang kini terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah ini misalnya. Menurut catatan Peta Inggris tahun 1811 M, wilayah Jipang bagian timur berbatasan dengan Kediri, Malang, Jombang, dan Pasuruan.
Setelah menduduki bumi Nusantara ini pada tahun 1817 M, Inggris kembali merilis Peta Jipang bagian utara Gunung Kendheng dan Pesisir Utara Pulau Jawa. Jipang bagian barat meliputi Jepara, Demak, Pati dan Juwana.
Lebih rinci oleh Inggris disebutkan bahwa wilayah Jipang bagian selatan berada di hulu Sungai Bengawan Solo yang memisahkan antara Jawa bagian Tengah dan Jawa bagian timur.
Pada tahun 1815 M, luas wilayah Jipang adalah 1218 sq miles, dengan penduduk mencapai 66.622 jiwa. Hampir setara dengan Surabaya yang luas wilayahnya 1218 sq miles, dengan penduduknya 154.512 jiwa. Jadi sungguh ironi bila sekarang luas wilayah Jipang hanya mencapai 119. 061 ha saja dengan jumlah penduduk sekitar 2.500 jiwa saja.
Menurut Sejarawan dari Negara Belanda yang bernama  Dr. Hermanus Johannes De Graaf serta Dr. Theodoor Gautier Thomas Pegeaud, wilayah Jipang meliputi kawasan Gunung Kendheng dan Pegunungan Pesisir Utara yang berhulu di Sungai Lusi dan bermuara di Laut Jawa.
Menurut Thomas Stamford Raffles merujuk pada Peta Penyerbuan Pulau Jawa dibagi menjadi dua Divisi. Divisi Semarang meliputi Surakarta dan Mataram, Kedu, Grobogan, Wirosari, Blora, dan Jipang. Untuk Divisi Surabaya meliputi Surabaya, Gresik, Pasuruan, Banyuwangi dan Madura.
Pada tahun 1812 Divisi yang terbagi menjadi beberapa Distrik tersebut diserahkan kepada Inggris. Oleh penjajah Inggris distrik-distrik di Pulau Jawa ini dibagi menjadi 17 Divisi. Diantaranya adalah Banten, Batavia/Jakarta, Bogor, Periangan/Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Kendal, Jepara dan Juwana, Rembang, Jipang dan Grobogan, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo dan Banyuwangi.
Sejarah juga mencatat pada tahun 1554-1556 M, orang-orang Jipang mengadakan penuntutan hak pada Pajang yang disebut dengan pemberontakan Pamblora, yang kini menjadi nama untuk Kabupaten Blora. Sedangkan nama-nama Desa Jipang lain, bisa jadi terkait dengan Jipang Cepu. Seperti Desa Jipang Penawangan Grobogan, Desa Jipang Bantarkawung Brebes, dan Desa Jipang Karang Lewas Banyumas misalnya.
Ketiga desa ini juga mempunyai kaitan sejarah dengan Desa Jipang Cepu yang sebelumnya terkenal dengan nama Jipang Panolan atau Desa Jipang Distrik Panolan. Begitu juga dengan tokoh-tokoh tersohor di kawasan yang memiliki kesamaan dengan Jipang Cepu. Cerita-cerita yang timbul pasti mempunyai latar belakang dan sudut pandang tersendiri yang tentunya sangat menarik untuk diperbincangkan.
Akan tetapi tingkat keakuratan datanyapun masih perlu diuji. Karena pada umumnya, sebuah cerita ditulis sesuai dengan kehendak dan sudut pandang pembuatnya semata. Meskipun banyak juga para penulis yang menuangkan gagasannya secara alami dan tidak ditunggangi oleh sebuah kepentingan apapun.