Jumat, 30 Desember 2016
Selasa, 27 Desember 2016
Kamis, 15 Desember 2016
Jumat, 02 Desember 2016
Kamis, 24 November 2016
Rabu, 23 November 2016
Senin, 21 November 2016
Minggu, 20 November 2016
Jumat, 18 November 2016
Kamis, 17 November 2016
Senin, 14 November 2016
Minggu, 30 Oktober 2016
Minggu, 23 Oktober 2016
Sabtu, 22 Oktober 2016
Jumat, 21 Oktober 2016
Sabtu, 15 Oktober 2016
Penangsang dari Jipang Cepu
Penangsang, tegas namun tetap rendah hati
Pangeran Ariyo Penangsang, meskipun seorang putra calon sultan ke-2 Demak Bintoro, dia tetap merasa rendah hati dan tidak sombong, walaupun dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat namun tetap bisa membawa diri. Lain halnya dengan Joko Tingkir, alias Karebet putra mantu Raden Trenggono, yang selalu mengumbar suwara dan kadigdayaannya untuk pamer dan menjajah daerah kanan kirinya, karena misi terbesarnya adalah meruntuhkan kerajaan Jipang dan menguasai Kesultanan Demak Bintoro.
Informasi seperti ini sangatlah langka, karena yang tersiar belakangan Pangeran Penangsanglah yang memiliki watak demikian. Sungguh sejarah ini sudah dimanipulasi,,,,,,,,..Sebagai penganut setia Pangeran Ibrahim Haji/ Pangeran Ariyo Penangsang, saya merasa terpanggil untuk kembali menegakkan sejarah yang kian lama kian bengkok saja...uuuuh...
Informasi tentang kekejaman Pangeran Penangsang diumbar oleh pengikut Joko Tingkir menimbulkan citra buruk Pangeran Penangsang yang semakin lama semakin berkarat saja.....
Walau bagaimanapun orang-orang Pajang dan anthek-anthek Joko Tingkir tak akan pernah membiarkan kebenaran itu terungkap. Biar Allah Subhanahu wataala yang menyibak sendiri tabir kebohongan Pajang selama ini....Amin ya robbal Alamiin
Jipang 15 Oktober 2016,
Mayor, SPdI
Jumat, 07 Oktober 2016
Kerajaan Jipang By: Wali, SPdI
Luas Wilayah Jipang
Desa Jipang Cepu berada di kawasan
perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lebih tepatnya di wilayah Kecamatan Cepu
Kabupaten Blora Jawa Tengah. Desa Jipang sebelah timur berbatasan dengan
Sungai Bengawan Solo, dan Desa Tebon. Sebelah barat berbatasan dengan
Desa Ngloram dan Desa Kapuan. Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Kapuan dan Desa Getas. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan
Sungai Bengawan Solo dan Desa Payaman.
Berbicara
mengenai luas wilayah Jipang sebelumnya, kita harus merujuk pada pendapat
orang-orang dahulu yang notabene pernah menjajah dan menduduki bumi nusantara
ini. Seperti catatan orang Portugis misalnya. Atau catatan orang Inggris,
Belanda, dan juga Jepang. Sehingga dari catatan-catatan tersebut kita dapat
mengetahui bagaimanakah letak dan posisi Jipang yang sebenarnya.
Kawasan
Jipang yang kini terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah ini misalnya.
Menurut catatan Peta Inggris tahun 1811 M, wilayah Jipang bagian timur
berbatasan dengan Kediri, Malang, Jombang, dan Pasuruan.
Setelah
menduduki bumi Nusantara ini pada tahun 1817 M, Inggris kembali merilis Peta
Jipang bagian utara Gunung Kendheng dan Pesisir Utara Pulau Jawa. Jipang
bagian barat meliputi Jepara, Demak, Pati dan Juwana.
Lebih
rinci oleh Inggris disebutkan bahwa wilayah Jipang bagian selatan
berada di hulu Sungai Bengawan Solo yang memisahkan antara Jawa bagian Tengah
dan Jawa bagian timur.
Pada
tahun 1815 M, luas wilayah Jipang adalah 1218 sq miles, dengan penduduk
mencapai 66.622 jiwa. Hampir setara dengan Surabaya yang luas wilayahnya 1218
sq miles, dengan penduduknya 154.512 jiwa. Jadi sungguh ironi bila sekarang
luas wilayah Jipang hanya mencapai 119. 061 ha saja dengan jumlah
penduduk sekitar 2.500 jiwa saja.
Menurut
Sejarawan dari Negara Belanda yang bernama
Dr. Hermanus Johannes De Graaf serta Dr. Theodoor Gautier Thomas Pegeaud,
wilayah Jipang meliputi kawasan Gunung Kendheng dan Pegunungan Pesisir
Utara yang berhulu di Sungai Lusi dan bermuara di Laut Jawa.
Menurut
Thomas Stamford Raffles merujuk pada Peta Penyerbuan Pulau
Jawa dibagi menjadi dua Divisi. Divisi Semarang meliputi Surakarta dan
Mataram, Kedu, Grobogan, Wirosari, Blora, dan Jipang. Untuk Divisi
Surabaya meliputi Surabaya, Gresik, Pasuruan, Banyuwangi dan Madura.
Pada
tahun 1812 Divisi yang terbagi menjadi beberapa Distrik tersebut diserahkan kepada
Inggris. Oleh penjajah Inggris distrik-distrik di Pulau Jawa ini dibagi menjadi
17 Divisi. Diantaranya adalah Banten, Batavia/Jakarta, Bogor, Periangan/Bandung,
Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Kendal, Jepara dan Juwana, Rembang, Jipang
dan Grobogan, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo dan Banyuwangi.
Sejarah
juga mencatat pada tahun 1554-1556 M, orang-orang Jipang mengadakan penuntutan hak
pada Pajang yang disebut dengan pemberontakan Pamblora, yang kini menjadi
nama untuk Kabupaten Blora. Sedangkan nama-nama Desa Jipang lain, bisa jadi
terkait dengan Jipang Cepu. Seperti Desa Jipang Penawangan Grobogan, Desa
Jipang Bantarkawung Brebes, dan Desa Jipang Karang Lewas Banyumas misalnya.
Ketiga
desa ini juga mempunyai kaitan sejarah dengan Desa Jipang Cepu yang sebelumnya
terkenal dengan nama Jipang Panolan atau Desa Jipang Distrik Panolan. Begitu
juga dengan tokoh-tokoh tersohor di kawasan yang memiliki kesamaan dengan
Jipang Cepu. Cerita-cerita yang timbul pasti mempunyai latar belakang dan sudut
pandang tersendiri yang tentunya sangat menarik untuk diperbincangkan.
Akan
tetapi tingkat keakuratan datanyapun masih perlu diuji. Karena pada umumnya,
sebuah cerita ditulis sesuai dengan kehendak dan sudut pandang pembuatnya
semata. Meskipun banyak juga para penulis yang menuangkan gagasannya secara
alami dan tidak ditunggangi oleh sebuah kepentingan apapun.
Jipang Kerajaan Wali
Luas Wilayah Jipang
Desa Jipang Cepu berada di kawasan
perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lebih tepatnya di wilayah Kecamatan Cepu
Kabupaten Blora Jawa Tengah. Desa Jipang sebelah timur berbatasan dengan
Sungai Bengawan Solo, dan Desa Tebon. Sebelah barat berbatasan dengan
Desa Ngloram dan Desa Kapuan. Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Kapuan dan Desa Getas. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan
Sungai Bengawan Solo dan Desa Payaman.
Berbicara
mengenai luas wilayah Jipang sebelumnya, kita harus merujuk pada pendapat
orang-orang dahulu yang notabene pernah menjajah dan menduduki bumi nusantara
ini. Seperti catatan orang Portugis misalnya. Atau catatan orang Inggris,
Belanda, dan juga Jepang. Sehingga dari catatan-catatan tersebut kita dapat
mengetahui bagaimanakah letak dan posisi Jipang yang sebenarnya.
Kawasan
Jipang yang kini terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah ini misalnya.
Menurut catatan Peta Inggris tahun 1811 M, wilayah Jipang bagian timur
berbatasan dengan Kediri, Malang, Jombang, dan Pasuruan.
Setelah
menduduki bumi Nusantara ini pada tahun 1817 M, Inggris kembali merilis Peta
Jipang bagian utara Gunung Kendheng dan Pesisir Utara Pulau Jawa. Jipang
bagian barat meliputi Jepara, Demak, Pati dan Juwana.
Lebih
rinci oleh Inggris disebutkan bahwa wilayah Jipang bagian selatan
berada di hulu Sungai Bengawan Solo yang memisahkan antara Jawa bagian Tengah
dan Jawa bagian timur.
Pada
tahun 1815 M, luas wilayah Jipang adalah 1218 sq miles, dengan penduduk
mencapai 66.622 jiwa. Hampir setara dengan Surabaya yang luas wilayahnya 1218
sq miles, dengan penduduknya 154.512 jiwa. Jadi sungguh ironi bila sekarang
luas wilayah Jipang hanya mencapai 119. 061 ha saja dengan jumlah
penduduk sekitar 2.500 jiwa saja.
Menurut
Sejarawan dari Negara Belanda yang bernama
Dr. Hermanus Johannes De Graaf serta Dr. Theodoor Gautier Thomas Pegeaud,
wilayah Jipang meliputi kawasan Gunung Kendheng dan Pegunungan Pesisir
Utara yang berhulu di Sungai Lusi dan bermuara di Laut Jawa.
Menurut
Thomas Stamford Raffles merujuk pada Peta Penyerbuan Pulau
Jawa dibagi menjadi dua Divisi. Divisi Semarang meliputi Surakarta dan
Mataram, Kedu, Grobogan, Wirosari, Blora, dan Jipang. Untuk Divisi
Surabaya meliputi Surabaya, Gresik, Pasuruan, Banyuwangi dan Madura.
Pada
tahun 1812 Divisi yang terbagi menjadi beberapa Distrik tersebut diserahkan kepada
Inggris. Oleh penjajah Inggris distrik-distrik di Pulau Jawa ini dibagi menjadi
17 Divisi. Diantaranya adalah Banten, Batavia/Jakarta, Bogor, Periangan/Bandung,
Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Kendal, Jepara dan Juwana, Rembang, Jipang
dan Grobogan, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo dan Banyuwangi.
Sejarah
juga mencatat pada tahun 1554-1556 M, orang-orang Jipang mengadakan penuntutan hak
pada Pajang yang disebut dengan pemberontakan Pamblora, yang kini menjadi
nama untuk Kabupaten Blora. Sedangkan nama-nama Desa Jipang lain, bisa jadi
terkait dengan Jipang Cepu. Seperti Desa Jipang Penawangan Grobogan, Desa
Jipang Bantarkawung Brebes, dan Desa Jipang Karang Lewas Banyumas misalnya.
Ketiga
desa ini juga mempunyai kaitan sejarah dengan Desa Jipang Cepu yang sebelumnya
terkenal dengan nama Jipang Panolan atau Desa Jipang Distrik Panolan. Begitu
juga dengan tokoh-tokoh tersohor di kawasan yang memiliki kesamaan dengan
Jipang Cepu. Cerita-cerita yang timbul pasti mempunyai latar belakang dan sudut
pandang tersendiri yang tentunya sangat menarik untuk diperbincangkan.
Akan
tetapi tingkat keakuratan datanyapun masih perlu diuji. Karena pada umumnya,
sebuah cerita ditulis sesuai dengan kehendak dan sudut pandang pembuatnya
semata. Meskipun banyak juga para penulis yang menuangkan gagasannya secara
alami dan tidak ditunggangi oleh sebuah kepentingan apapun.
Selasa, 13 September 2016
Pangeran Ariyo Penangsang Difitnah
Setelah 22 tahun pasca kematian Pangeran Suro
Wiyoto/Raden Sobo Kingkin/ Pangeran Sekar Sedo Lepen/ Kikin beserta sang
ibu Dewi Martinjung/ Ma Tien Tju, Pangeran Ariyo Penangsang/Pangeran Ibrohim
Haji (1523-1585 M), kini telah beranjak dewasa. Sudah waktunya Sang Pangeran dilantik
untuk menjadi seorang penguasa di Jipang, hingga diberikan gelar “Kanjeng Pangeran
Ariyo Jipang” 1545 M.
Seiring dengan pertumbuhannya, Pangeran Ariyo
Penangsang selalu berusaha menanyakan tentang siapakah sebenarnya ayah dan ibu
kandungnya. Serta dimanakah mereka berada. Karena seringnya hal itu ditanyakan kepada
Sunan Kudus, akhirnya Sunan Kuduspun menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Setelah mendengar cerita dari kakeknya itu, Pangeran
Ariyo Penangsang merasa sangat terpukul. Sebagai seorang putra, Pangeran Ariyo
Penangsang merasa berkewajiban untuk membalaskan kematian kedua orang tuanya.
Hingga dia memutuskan untuk membuat perhitungan dengan Bagus Mukmin (1521-1548 M)
putra sulung dari Sultan Trenggono.[2]
Pada dasarnya, Pangeran Ariyo Penangsang ingin
membunuh Bagus Mukmin/Muk Ming dengan tangannya sendiri. Akan tetapi
Sunan Kudus melarangnya. Karena menurut Sunan Kudus, seorang pemimpin tidak
pantas mengotori kedua tangannya dengan membunuh saudaranya.[3]
Mendengar nasehat dari kakeknya itu, Pangeran Ariyo
Penangsang merasa sedih. Mengetahui hal itu, Patih Ronggo Mentaun segera mengutus
Senopati Soreng Rangkud untuk membunuh Bagus Mukmin/Sunan Prawoto di Sukolilo Pati
menggunakan keris Kyai Brongot Setan Kober yang belakangan tidak pernah dipakai
dan selalu ditaruh di bilik pusaka.
Setibanya di Bukit Prawoto, Senopati Soreng Rangkud menemukan
Raden Bagus Mukmin beserta istrinya sudah tergeletak tak bernyawa. Senopati
Soreng Rangkud segera kembali ke Jipang untuk melaporkan kejadian itu kepada
Patih Ronggo Mentaun.
Sementara itu berita kematian Bagus Mukmin beserta
istrinya di Bukit Prawoto terdengar oleh Ratu Kalinyamat. Kemudian Ratu Kalinyamat
bersama Raden Hadiri melabrak dan memaki-maki Sunan Kudus yang saat itu berada
di Jipang. Sunan Kudus mencoba untuk menjelaskan duduk permasalahannya.
Akan tetapi Ratu Kalinyamat tidak mau mendengarkannya.
Ratu Kalinyamat
beranggapan bahwa Sunan Kudus lebih memihak pada Pangeran Ariyo Penangsang.
Dalam situasi ini, Ratu Kalinyamat bersama suaminya, Raden Hadiri bersepakat melaporkan
Pangeran Ariyo Penangsang kepada Joko Tingkir untuk memperoleh pembelaan dari
kekasihnya yaitu Karebet/Joko Tingkir.
Langganan:
Postingan (Atom)